Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang
bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi - proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Macam-macam penalaran
A. Penalaran Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang
digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Generalisasi
adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Penalaran induktif adalah penalaran yang
memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum (Smart,1972:64).
Inilah alasan eratnya kaitan antara logika induktif dengan istilah
generalisasi.
Ciri-ciri Paragraf Induktif
1. Terlebih dahulu menyebutkan
peristiwa-peristiwa khusus
2. Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan
peristiwa-peristiwa khusus
3. Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
4. Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama,
Kalimat Penjelas
5. Kalimat utama paragraf induktif terletak
di akhir paragraf
6. Contoh kesalahannya : Kiwil juga bermain
film,tetapi tidak memunyai wajah yang tampan.
Contoh Kalimat Induktif :
1. Harimau berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan
2. Ikan Paus berdaun telinga berkembang
biak dengan melahirkan
kesimpulan : Semua hewan yang berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan
Jenis-jenis penalaran induktif adalah :
a. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang
bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
- Luna Maya adalah bintang iklan, dan ia
berparas cantik.
- Sandra Dewi adalah bintang iklan, dan ia
berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang iklan berparas
cantik.
Pernyataan semua bintang iklan berparas
cantik hanya memiliki kebenaran probabilitas atau kemungkinan karena belum
pernah diselidiki kebenarannya.
b. Analogi
Penalaran Analogi adalah proses penyimpulan
berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai
proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya,
kemudian ditarik suatu kesimpulan.Tujuan penalaran secara analogi adalah
sebagai berikut:
1. Analogi dilakukan untuk meramalkan
kesamaan.
2. Analogi dilakukan untuk menyingkapkan
kekeliruan.
3. Analogi digunakan untuk menyusun
klasifikasi.
Contoh : Supermarket sama halnya dengan
pasar,sewaktu pergi ke pasar kondisi lingkungannya tidak memadai. Yaitu
bau,kotor,tidak rapi. Walaupun harganya relative murah sama halnya dengan
supermarket kondisi lingkungannya teratur,bersih,tetapi isi dan kualitasnya
sama dengan pasar walaupun harganya relative mahal. Tetapi kualitas dan
produknya hampir serupa.
c. Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang
diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini,
tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
• Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B.
Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya.
Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari
satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan
penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran tersebut.
• Akibat sebab
Akibat sebab dapat diambil contoh ketika
seseorang kehilangan motor. Kehilangan motor merupakan akibat dan ceroboh
merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran
jenis akibat sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
• Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang
menyiratkan penyebabnya. Peristiwa akibat langsung disimpulkan pada suatu
akibat yang lain.
B. Penalaran Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk selanjutnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal
yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya
yang khusus.
Jenis-jenis Penalaran Deduktif :
a. Silogisme
Silogisme merupakan proses penalaran di
mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa
konklusi).
Bentuk silogisme :
1. Silogisme kategoris : terdiri dari
proposisi-proposisi kategoris.
2. Silogisme hipotesis : salah satu
proposisinya berupa proposisi hipotesis.
Misalnya :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang hujan
Konklusi : Maka jalanan basah.
Bandingkan dengan jalan pikiran berikut :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang jalanan basah
Konklusi : Maka hujan.
b. Silogisme Standar
Silogisme kategoris standar = proses logis
yang terdiri dari tiga proposisi kategoris. Proposisi 1 dan 2 adalah premis.
Proposisi 3 adalah konklusi
Contoh: Semua artis adalah orang terkenal
Raffi Ahmad adalah artis
Jadi :
Raffi Ahmad adalah orang terkenal
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran
yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang
digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan
berupa argument. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari
premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa
tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait.
Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa
proposisi. Bersama-sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan
terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi
penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi
sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran,
maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika
syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
• Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan
yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang
memang salah.
• Dalam penalaran, pengetahuan yang
dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di
sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal
berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan
berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan
sebagai premis tepat.
Setelah mengetahui arti dari penalaran
tersebut, selanjutnya kita akan membahas penggunaan penalaran dalam proses
berbahasa itu sendiri. Berikut pembahasannya:
Penggunaan berbahasa dalam proses penalaran
Penggunaan bahasa Indonesia dalam proses
penalaran dimaksudkan dalam Penulisan Ilmiah yang akan disajikan pada penjelasan
dibawah ini. Disini akan dibahas mengenai penalaran guna menyusun penulisan
ilmiah.
• Konsep Ilmiah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Kamisa, 1997) menjelaskan bahwa Ilmiah adalah sesuatu yang didasarkan atas
ilmu pengetahuan.
Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu
pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan. Agar sesuatu dapat
disebut sebagai Ilmu, Ada 4 Persyaratan Ilmiah, yakni:
1. Obyektif, Ilmu harus memiliki obyek
kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya,
tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Obyeknya dapat bersifat
ada,karena yang dicari adalah kebenaran apakah obyek tersebut jelas dan nyata.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang
dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam
mencari kebenaran yang ada.
3. Sistematis, Dalam perjalanannya mencoba
mengetahui dan menjelaskan suatu obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam
hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut obyeknya.
4. Universal, Kebenaran yang hendak dicapai
adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep
Ilmiah
Dalam Penyajian sebuah Konsep Ilmiah,
Bahasa Indonesia mempunyai peranan penting dengan dibakukannya Ejaan sesuai EYD
(Ejaan yang Disempurnakan). Dengan Ejaan sesuai EYD ini, Bahasa Indonesia
memiliki susunan struktur bahasa yang Obyektif, Metodis, Sistematis dan
Universal.
Peranan tersebut, mencakup penggunaan
Bahasa Indonesia dalam publikasi artikel maupun tulisan-tulisan ilmiah, baik
berupa karya tulis, penulisan ilmiah, maupun skripsi dimana penerapannya harus
sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Tidak asal menulis atau mengetik.
Harus sesuai kaidahnya.
Beberapa hal sederhana misalnya tentang
kaidah penggunaan huruf kapital: bahwa pada setiap awal kalimat harus diawali
dengan huruf kapital, dan huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, hari raya, peristiwa sejarah.
Selain kaidah penggunaan huruf kapital
tersebut, masih banyak aturan penggunaan Bahasa Indonesia yang lainnya.
Terkadang, dalam publikasi tulisan ilmiah juga, kita menggunakan kata serapan
dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti
Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Untuk penulisan kata-kata serapan tersebut
juga ada aturan dalam penulisannya, dimana berdasarkan taraf integrasinya,
unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur serapan yang belum
sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia
Kedua, unsur serapan yang pengucapan dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kaidah-kaidah tersebut tertuang dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Dengan adanya kaidah
atau aturan ini, maka tulisan ilmiah yang dibuat menjadi lebih Obyektif,
Metodis, Sistematik, Terstruktur dan Universal khususnya dalam penggunaan
bahasa sesuai dengan makna konsep Ilmiah itu sendiri.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar