Penalaran adalah
proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan.
Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya,
penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif.
Penalaran ilmiah mencakup kedua proses penalaran itu.
Ciri-ciri Penalaran :
1.Adanya suatu pola berpikir yang luas dapat disebut logika (penalaran
merupakan suatu proses berpikir logis).
2.Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis
pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah
tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.
Macam-macam
penalaran
A.
Penalaran Induktif
Metode
berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir
induktif.
Ciri-ciri
Paragraf Induktif
1.
Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
2.
Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
3.
Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
4.
Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
5.
Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
6. Contoh
kesalahannya : Kiwil juga bermain film,tetapi tidak memunyai wajah yang tampan.
Contoh
Kalimat Induktif :
1.
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
2. Ikan
Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan
: Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
Jenis-jenis
penalaran induktif adalah :
a. Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju
kesimpulan umum.
- Luna
Maya adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
- Sandra
Dewi adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi:
Semua bintang iklan berparas cantik.
Pernyataan
semua bintang iklan berparas cantik hanya memiliki kebenaran probabilitas atau
kemungkinan karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
b.
Analogi
Penalaran
Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi
dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan
berdasarkan kesamaannya, kemudian ditarik suatu kesimpulan.Tujuan penalaran
secara analogi adalah sebagai berikut:
1.
Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2.
Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3.
Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh :
Supermarket sama halnya dengan pasar,sewaktu pergi ke pasar kondisi
lingkungannya tidak memadai. Yaitu bau,kotor,tidak rapi. Walaupun harganya
relative murah sama halnya dengan supermarket kondisi lingkungannya
teratur,bersih,tetapi isi dan kualitasnya sama dengan pasar walaupun harganya
relative mahal. Tetapi kualitas dan produknya hampir serupa.
c. Kausal
Hubungan
kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan.
Dalam
kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai
berikut:
-Sebab
akibat
Sebab
akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat
menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang
dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan
hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan
simpulan penalaran tersebut.
-Akibat
sebab
Akibat
sebab dapat diambil contoh ketika seseorang kehilangan motor. Kehilangan motor
merupakan akibat dan ceroboh merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen.
Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, peristiwa sebab merupakan
simpulan.
-Akibat-akibat
Akibat-akibat
adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa akibat langsung
disimpulkan pada suatu akibat yang lain.
B.
Penalaran Deduktif
Pada
penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Jenis-jenis
Penalaran Deduktif :
a.
Silogisme
Silogisme
merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik
suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Bentuk
silogisme :
1.
Silogisme kategoris : terdiri dari proposisi-proposisi kategoris.
2.
Silogisme hipotesis : salah satu proposisinya berupa proposisi hipotesis.
Misalnya
:
Premis 1
: Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2
: Sekarang hujan
Konklusi
: Maka jalanan basah.
Bandingkan
dengan jalan pikiran berikut :
Premis 1
: Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2
: Sekarang jalanan basah
Konklusi
: Maka hujan.
b.
Silogisme Standar
Silogisme
kategoris standar = proses logis yang terdiri dari tiga proposisi kategoris.
Proposisi 1 dan 2 adalah premis. Proposisi 3 adalah konklusi
Contoh: Semua artis adalah orang terkenal
Raffi Ahmad adalah artis
Jadi : Raffi Ahmad adalah orang terkenal
Premis
Premis adalah pernyataan yang digunakan sebagai
dasar penarikan kesimpulan.Kemudian premis dapat dibedakan dengan premis mayor
(premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya
menjadi subjek).
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan
secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi ( pernyataan ) dan sebuah
konklusi ( kesimpulan ).
Entimem
Entimem adalah penalaran deduksi secara
langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme. Tetapi di dalam entimem premisnya
dihilangkan / tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Proposisi
Proposisi adalah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang antara
dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Proposisi merupakan
suatu kegiatan rohani baik menyuguhkan atau mengingkari.
Term
Term adalah suatu kata atau kelompok kata yang
menempati subjek (S) dan predikat (P). Tidak semua kata adalah term , meskipun
setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata pada dirinya sendiri merupakan
ekspresi verbal dari pengertian, dan bahwa tidak semua kata pada dirinya
sendiri sebagai subyek atau predikat didalam suatu proposisi.
Salah nalar ada dua macam :
A. Salah
nalar induktif yaitu :
(1)
kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas
(2)
kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat
(3)
kesalahan analogi.
B. Kesalahan deduktif dapat disebabkan karena:
B. Kesalahan deduktif dapat disebabkan karena:
(1)
kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi
(2)
kesalahan karena adanya term keempat
(3)
kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi
(4)
kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar