Probabilitas adalah hasil bagi dari banyaknya peristiwa yang mungkin
terjadi dalam jangka panjang jika kondisi stabil, selain itu probabilitas
sampling merupakan pemilihan sampel tidak dilakukan secara subjektif, dalam
arti sampel yang terpilih tidak didasarkan semata-mata pada keinginan si
peneliti sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama (acak)
untuk terpilih sebagai sampel,dan non Probilitas merupakan teknik yang tidak
memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik sampling probabilitas dapat disebut dengan Random Sampling.
Random sampling/sampling probabilitas adalah sesuatu cara pengambilan sample
yang memberikan kesempatan atau peluang yang sama untuk diambil kepada setiap
elemen populasi. maksudnya jika elemen populasinya ada 50 dan yang akan
dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan
25/50 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Syarat pertama yang harus dilakukan
untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka
sampel atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar yang
berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen
populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang
tempat, atau juga tentang benda.
A.Macam-macam Sampling Probabilitas :
1) Simple random sampling :
Merupakan suatu teknik sampling yang dipilih secara acak, cara ini dapat diambil bila
analisa penelitian cenderung bersifat deskriptif atau bersifat umum. Setiap
unsur populasi harus memilik kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Contoh: misal ada “pembiayaan pembangunan pendidikan Dasar di Jawa
Barat”, sampelnya adalah seluruh SD dan SMP yang ada di Jawa Barat. Terhadap
seluruh SD dan SMP itu dilakukan pemilihan secara random tanpa pengelompokan
terlebih dahulu, dengan demikian peluang SD maupun SMP untuk terpilih sebagai
sampel sama.
2) Stratified Random Sampling :
Merupakan suatu teknik sampling dimana populasi kita bagi kedalam sub
populasi(strata), karena mempunyai karakteristik yang heterogen dan
heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan terhadap pencapaian
tujuan penelitian, maka penelitian dapat mengambil dengan cara ini. Setiap
stratum dipilih sampel melalui proses simple random sampling.
Contoh: misalnya ada suatu manajer yang ingin mengetahui sikap manajer terhadap
suatu kebajikan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas memiliki sikap yang
positif terhadap kebajikan perusahaan. Agar dapat menguji dugaan teresebut maka
sampelnya harus terdiri dari manajer tingkat atas, menengah, dan bawah.
Kemudian dari masing-masing. Strata dipilih manajer dengan teknik simple random
sampling.
3) Cluster Random Sampling/sampel gugus :
Merupakan cara pengambilan sampel dengan cara gugus. Populasi dibagi
keadalam satuan-satuan sampling yang besar yang disebut cluster. Berbeda dengan
pembentukan strata, satuan sampling yang ada dalam tiap kluster harus relatif
heterogen.
Pemilihan dilakukan beberapa tingkat: (1) Memilih kluster dengan cara
simple random sampling. (2) Memilih satuan sampling dalam kluster. Jika
pemilihan dilakukan lebih dari 2 kali disebut Multi-stage Cluster Sampling.
Contoh : Misalnya dalam penelitian yang sama seperti di atas, karena
Jawa Barat sangat luas, dipilihlah kabupaten/kota tertentu sebagai sampel
klaster ke-1 secara random. Dari tiap kabupaten terpilih dilakukan pemilihan
lagi, yaitu kecamatan-kecamatan tertentu dengan cara random sebagai sampel klaster
ke-2. Selanjutnya dari masing-masing kecamatan dilakukan pemilihan sekolah yang
juga dilakukan secara random.
4) Systematic Sampling atau Sampel Sistematis :
Merupakan teknik sampling jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi
yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara
pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada
peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi
yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”.
Contoh : Misalnya setiap unsur
populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu
unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya,
dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250
rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya
adalah 25.
5)Area Sampling atau Sampel Wilayah :
Merupakan teknik sampling yang dipakai ketika peneliti dihadapkan pada
situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah.
Contoh : Misalnya seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin
mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan,
teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat.
2.Teknik Sampling NonProbabilitas/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak
Acak:
Teknik sampling nonprobabilitas adalah suatu teknik pengambilan sampel
secaratidak acak nonrandom sampling/ . Tidak semua populasi mempunyai
kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Pada saat melakukan
pemilihan satuan sampling tidak dilibatkan unsure peluang, sehingga tidak
diketahui unsure peluang sesuatu unit sampling
terpilih kedalam sampling. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel
bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah
direncanakan oleh peneliti. Sampling tipe ini tidak boleh dipakai untuk
menggeneralisasi hasil penelitian terhadap populasi, karena dalam penarikan
sampel sama sekali tidak ada unsur probabilitas.
B.Macam-macam Sampling
NonProbabilitas :
1) Convenience Sampling / sampel yang dipilih dengan pertimbangan
kemudahan :
Merupakan teknik dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai
pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai
sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal
orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental
sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample (man-on-the-street) Jenis
sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang
kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak
(random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.
Contoh : misalnya ada seorang peneliti ingin mengetahui tentang
kebersihan wilayah Jakarta Selatan ia menanyakan kepada orang yang ada dijalan
atau orang dia jumpai bukan orang yang
mengerti tentang kebersihan wilayah Jakarta Selatan seperti petugas kebersihan
atau mendatangi kantor gubernur atau walikota Jakarta Selatan.
2)Snowball Sampling – Sampel Bola Salju:
Merupakan teknik sampling yang
banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi
penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya
bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia
minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa
dijadikan sampel. Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi
dari responden sebelumnya
Contoh : Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum
lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita
lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta
kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya.
Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti
bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga
dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain
yang eksklusif (tertutup)
3) Purposive Sampling / Judgment Sampling :
Merupakan teknik sampling yang
Satuan samplingnya dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan
untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang
dikehendaki dalam pengambilan sampel. Sesuai dengan namanya, sampel diambil
dengan maksud dan tujuan yang diinginkan peneliti atau sesuatu diambil sebagai
sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut
memiliki atau mengetahui informasi yang diperlukan bagi penelitian yang dia
buat. Pengambilan sampel ini dapat dibagi dua yaitu judgment sampling san quota
sampling:
Judgment sampling ialah teknik
pengambilan sampling dimana sampel yang dipilih berdasarkann penilaian peneliti
bahwa dia atau seseorang yang paling baik jika dijadikan sampel penelitiannya.
Contoh : misalnya dalam suatu perusahaan untuk memperoleh data tentang
bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer
produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi,
judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena
mereka mempunyai “information rich”.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang
dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau
karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka
jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik.
Quota sampling ialah teknik pengambilan sampling dalam bentu
distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih acak melainkan secara
kebetulan saja.
Contoh : Misalnya, di sebuah
kantor terdapat pegawai laki-laki 60%
dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang
pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai
laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi,
teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak,
melainkan secara kebetulan saja.
4) Haphazard Sampling : merupakan teknik sampling dimna Satuan sampling
dipilih sembarangan atau seadanya,tanpa perhitungan apapun tentang derajat
kerepresentatipannya.
Contoh:Misalnya ketika kita akan melakukan penelitian mengenai
kompetensi dosen di sebuah Universitas, pertanyaan dapat diajukan kepada
siapapun.Mahasiswa dari universitas tersebut (sebagai sampel) yang kebetulan
datang pada saat kita berada di sana untuk melakukan penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar