Kamis, 07 November 2013

PERSEPSI KONSUMEN

Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan memaknakan kesan-kesan indera untuk dapat memberikan arti terhadap lingkungannya. Apa yang seseorang persepsi terhadap sesuatu dapat berbeda dengan kenyataan dengan kenyataan yang objektif.
Secara etimologi persepsi berasal dari bahasa latin perceptio yang berarti menerima atau mengambil. Persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna.
Menurut Stephen P. Robbins (1998), persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap kesan-kesan sensori untuk memberi arti pada lingkungannya. Menurut Fred Luthans (1992) mengatakan proses persepsi dapat didefinisikan sebagai interaksi yang rumit dalam penyeleksian, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus. Sedangkan menurut Milton (1981) mengatakan persepsi adalah proses seleksi, organisasi dan interpretasi stimulus yang berasal dari lingkungan.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna.
=> Persepsi Konsumen adalah suatu proses yang membuat seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan rangsangan-rangsangan yang diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya.
Stimuli atau stimulus merupakan bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi individu. Stimuli terdiri dari 2 bentuk yaitu:
1)Stimuli Pemasaran : setiap komunikasi atau stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi konsumen. Produk dan komponen-komponennya (seperti kemasan, isi, cirri-ciri fisik) adalah stimuli utama. Komunikasi yang didesain untuk mempengaruhi konsumen adalah stimuli tambahan yang merepresentasikan produk seperti kata-kata, gambar, dan symbol atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk seperti harga, took tempat produk jual, dan pengaruh akses.
2)Stimuli Lingkungan : stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi keadaan lingkungan.
Proses persepsi diawali dengan adanya stimuli yang mengenai panca indera yang disebut sebagai sensasi. Stimuli ini beragam bentuknya dan akan selalu memborbardir indera konsumen. Jika dilihat dari asalnya, stimuli ada yang berasal dari individu (seperti aroma, iklan, dll) serta yang berasal dari dalam diri individu seperti harapan, kebutuhan dan pengalaman. 

Ada dua faktor yang merupakan karakteristik stimuli yang dapat mempengaruhi pemilihan konsumen dalam memilih stimuli yang akan diperhatikan yaitu :

Faktor dari stimuli itu sendiri:
>Kekontrasan atau perbedaan yang menyolok : Obyek-obyek pemasaran yang sangat berbeda dengan yang lain akan menarik perhatian konsumen. Prisip kontras ini menyatakan bahwa stimulus eksternal yang berbeda atau berlawanan dengan kondisi yang ada akan menarik perhatian.
> Kebaruan : Launching produk baru sering kali diberitakan dan ini sangat menarik perhatian untuk dibicarakan maupun diperhatikan oleh konsumen.
>Intensitas : semakin kuat intensitas stilmuli eksternal akan semakin dirasakan konsumen, sehingga konsumen cenderung memperhatikan.
>Besarnya ukuran : semakin besar suatu obyek, akan semakin dirasakan oleh konsumen ( akan menjadi daya tarik bagi konsumen untuk memperhatikan.

Faktor Internal:
>Ebankosur Selektif : konsumen cenderung akan memilih tayangan atau apa saja yang dilihat dan dirasakan secara selektif.
>Perhatian selektif : kecendrungan bagi manusia untuk menyaring  sebagian informasi yang mereka hadapi. Sehingga  informasi yang lebih menonjol yang akan mendapat tanggapan.
>Bertahan secara Perseptual : tayangan berbagai iklan juga diperhatikan semuanya oleh konsumen, maka konsumen secara tidak sadar akan melindungi dirinya dari stimuli yang dianggap dapat membahayakan atau tidak mengenakan dirinya.
>Menutup secara Perseptual : pada saat konsumen ditayangkan dengan banyak iklan, konsumen akan melindungi dirinya dari serbuan stimuli yang mengenainya. Konsumen akan menahan berbagai stimuli sesuai dengan kesadarannya.

=>Karakteristik seseorang mempengaruhi persepsi :
Menurut Robbins  (1998) persepsi dapat dipengaruhi oleh karakter seseorang. Karakter tersebut dipengaruhi oleh :
1.      Attitudes
Dua individu yang sama, tetapi mengartikan sesuatu yang dilihat itu berbeda satu dengan yang lain.
2.      Motives
Kebutuhan yang tidak terpuaskan yang mendorong individu dan mungkin memiliki pengaruh yang kuat terhadap persepsi mereka.
3.      Interests
Fokus dari perhatian kita sepertinya dipengaruhi oleh minat kita, karena minat seseorang berbeda satu dengan yang lain. Apa yang diperhatikan oleh seseorang dalam suatu situasi bisa berbeda satu dengan yang lain. Apa yang diperhatikan seseorang dalam suatu situasi bisa berbeda dari apa yang dirasakan oleh orang lain.
4.      Experiences
Fokus dari karakter individu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu seperti minat atau interest individu. Seseorang individu merasakan pengalaman masa lalu pada sesuatu yang individu tersebut hubungkan dengan hal yang terjadi sekarang.
5.      Expectations
Ekspektasi bisa mengubah persepsi individu dimana individu tersebut bisa melihat apa yang mereka harapkan dari apa yang terjadi sekarang.

=>Proses terbentuknya persepsi :
Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana ada informasi yang diperoleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi individu yang mencetus suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perceptual merupakan proses yang paling tinggi (Hill. G, 2000).
Menurut Mulyana (2005) persepsi sosial adalah proses menangkap arti obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Prinsip penting yang menjadi pembenaran mengenai persepsi sosial adalah :
A)Persepsi berdasarkan pengalaman
Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (social) yang telah dipelajari (pengalaman). Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu obyek jelas akan membuat seseorang menafsirkan obyek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau pengalaman yang mirip.
B)Persepsi bersifat selektif 
Alat indera kita bersifat lemah dan selektif (selective attention). Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang kita lihat, kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.
C)Persepsi bersifat dugaan
Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yanng lengkap kelima indera kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses pengorganisasian informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperoleh suatu makna lebih umum.
D)Persepsi bersifat evaluatif
Tidak ada persepsi yang bersifat obyektif, karena masing-masing melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingannya. Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan persepsi bersifat pribadi dan subjektif yang digunakan untuk memaknai persepsi.
E)Persepsi bersifat kontekstual
Konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kogniif, pengharapan dan oleh karenanya juga persepsi kita.
Interpretasi makna dalam konteksnya adalah suatu faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan sosial. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan.

=>Peran Ekspektasi pada Persepsi
Selain yang telah disebutkan, harapan khalayak konsumen pun menjadi satu pertimbangan dalam merumuskan dan/ mengembangkan suatu konsep tentang prodak tersebut. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan harapan yang dibangun terkait suatu prodak mempengaruhi interpretasi terhadap prodak tersebut, seperti yang diungkap oleh Adolph Coor Inc (bahan kuliah, hal.79-80). Apa yang diharapkan dapat konsumen dapat rasa, tekstur, bau tampilan (struktur) dsb.

=>Hubungan harga dan kualitas
Tak jarang terjadi pemahaman pada konsumen bahwa harga yang tinggi sudah tentu mempunyai kualitas yang tinggi pula. Mowen (1995) – bahan kuliah, hal.80-81 – disebutkan ketika harga digunakan sebagai indikasi produk berkualits:
a)       Konsumen mempunyai beberapa keyakian dan kepercayaan bahwa dalam situasi tertentu harga menunjukkan kualitas;
b)       Terjadi perbedaan kualitas yang dirasakan atau yang sebenarnya diantara merek-merek yang ada;
c)       Kulitas actual sulit untuk dinilai melalui cara yang objektif atau melalui nama merk atau citra took;
d)       Perbedaan harga yang besar mempunyai dampak pada perbedaan yang lebih kecil; dan
e)       Merk yng sudah sangat dikenal, harga dapat digunakan secara lebih baik sebagai indicator kualitas.

=>Semiotic (Semiotika/semiologi)
Semiotika adalah suatu ilmu atau studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja atau digunakan (silahkan anda merujuk pada Cultural and Communication Studies karya John Fiske). Tiga bidang utama  pada ilmu ini pertama, tanda itu sendiri, kedua, kode atau system yang mengorganisasikan tanda dan  ketiga, kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Tentu, pembahasan semiotika memerlukan tempat tersendiri dan semiotika pun memiliki banyak tokoh yang turut mengembangkannya. Perlunya memahami semiotika terutama pada penggunan iklan dan label suatu prodak, karena hal ini (tanda, konsep dan objek/realist objektif yang dituju) layaknya suatu system yang saling mempengaruhi, seperti yang disebutkan, “. . .Tanda-tanda itu seperti lembaran kertas. Satu sisi adalah penanda  dan sisi lain menjadi petanda dan ketas itu sendiri adalah tanda . . .” (Ferdinand de Saussure, dalam A. A. Berger). Mengingat pentingnya semiotika, maka iklan yang dirancang harus memperhatikan makna yang dikandungnya.

=>Inferensi perceptual dan Implikasi Pemasaran
Konsumen mengembangkan inferensi atau kesimpulan mengenai merek, harga, toko dan perusahaan. Kesimpulan tersebut merupakan kepercayaan yang diasosiasikan dari pengelaman masa lalu terhadap suatu objek/prodak. Terdapat tiga macam atau jenis inferensi pertama, didasarkan pada evaluasi, kedua, didasarkan pada kesamaan dan ketiga, inferensi yang didasarkan pada korelasional (asosiasi dari yang umum ke yang lebih khusus). Dengan inferensi yang ada, sebagai suatu informasi konsumen dapat menijadikan bahan rujukan dalam pembuatan citra.
Citra disini diartikan sebagai “total persepsi terhadap suatu objek, yang dibentuk dengan memproses informasi dari bebrbagai sumber setiap waktu” (bahan kuliah, hal.82-85). Adapun citra yang dibentuk yaitu:
1.       Citra merek
2.       Citra toko
3.       Citra korporasi atau perusahaan.
Membangun citra yang positif
Akhirnya, citra yang positif merupakan hal yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dalam mengembangkan mutu prodak dan memasarkannya. Citra yang buruk akan mengantarkan suatu perusahaan atau prodak tertentu diabaikan oleh konsumen, sehingga perusahaan tak meperoleh konsumen yang hight involvement melainkan low involvement dan pada tingkat tertentu law pun menjadi tiada.
Citra yang negative terkadang timbul pada organisasi yang dikenal namun memiliki manajement atau persepsi konsumen terhadap pengalaman masa lalu, dan terkadang dikarenakan perusahaan yang kurang dikenal. Tidak dikenalnya perusahaan membuat citra perusahaan tidak terbentuk pada konsumen dan salah satu penyebabnya adalah komunikasi.

Sumber :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar