Kamis, 27 Maret 2014

Hijab atau trend ?

Hijab (bahasa Arab: حجاب ħijāb) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti penghalang. Pada beberapa negara berbahasa Arab serta negara-negara Barat, kata "hijab" lebih sering merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim (lihat jilbab). Namun dalam keilmuan Islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tata cara berpakaian yang pantas sesuai dengan tuntunan agama.
Tetapi sebagian orang awam hanya merujuk hijab adalah jilbab. Atau hanya menutup kepala saja. Dalam islam hijab tidak hanya menutup kepala saja tetapi mengenai tampilan dan perilaku sehari-hari.
Sekarang ini masalah hijab menjadi kontravensi. Hijab juga merupakan salah satu isu yang menarik untuk di bahas. Dalam kehidupan era ini banyak pro dan kontra mengenai hijab. Entah itu hijab gaul, hijab modis, hijab modern atau apalah.
Tapi kita lihat masa kini, kaum hawa atau wanita. Mereka sedang di gentayangi maraknya hijab modern, banyak di antara mereka yang dulunya tidak berjilbab sekarang berlomba-lomba untuk berhijab modern, entah karena dorongan dari hati atau sekedar mengikuti trend ataupun hanya untuk sekedar menutupi bagian tubuh yang di rasa jelek atau kurang sempurna. Trend ini oleh masyarakat tetap saja di sebut berhijab atau menutup. Walaupun dalam kenyataan marilah kita lihat ada wanita yang berjilbab tapi menggunakan baju tiga per empat. Ada yang berjilbab tapi pakai rok yang tipis ada juga yang berhijab tapi dengan menggunakan jilbab yang rambutnya sengaja di perlihatkan. Ada juga yang berhijab tetapi memperlihatkan bagian-bagian yang seharusnya di tutupi.
Menurut Muhammad Nashiruddin Al Albany kriteria jilbab yang benar hendaklah menutup seluruh badan, kecuali wajah dan dua telapak, jilbab bukan merupakan perhiasan, tidak tipis, bahan tidak tembus pandang, tidak ketat sehingga menampakkan bentuk tubuh, tidak disemprot parfum, tidak menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita kafir dan bukan merupakan pakaian untuk mencari popularitas diri.
Kesimpulan yang diambil dari artikel ini banyak sekali. Memang hijab sedang in dikalangan masyarakat. Mungkin niat mereka baik,tidak ada yang tahu juga mereka tiba-tiba mengenakan hijab memang sudah niatnya ingin memperbaiki diri atau memang mengikuti trend saja. Yang jelas berhijab merupakan tuntutan dari Allah untuk menutup aurat dari hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak boleh disalah gunakan pemakaiannya. Hijab dan akhlak saling berkaitan,mungkin jika akhlak nya kurang baik itu dari diri sendiri,bukan karena hijabnya. Mungkin dengan niat utama memakai hijab dan menjaga perilaku atau akhlak kita akan bias berubah menjadi lebih baik ke depannya. Walau bagaimanapun yang namanya hijab jangan di salah artikan atau di salah gunakan. Allah sendiri memerintahkan wanita untuk menutup aurat nya karena untuk melindungi wanita dari pelecehan seksual dan lain-lain.

Sumber :
- id.wikipedia.org/wiki/Hijab

- http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/10/24/hijab-atau-trend--603464.html

Selasa, 25 Maret 2014

PROBABILITAS

Probabilitas adalah hasil bagi dari banyaknya peristiwa yang mungkin terjadi dalam jangka panjang jika kondisi stabil, selain itu probabilitas sampling merupakan pemilihan sampel tidak dilakukan secara subjektif, dalam arti sampel yang terpilih tidak didasarkan semata-mata pada keinginan si peneliti sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama (acak) untuk terpilih sebagai sampel,dan non Probilitas merupakan teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik sampling probabilitas dapat disebut dengan Random Sampling. Random sampling/sampling probabilitas adalah sesuatu cara pengambilan sample yang memberikan kesempatan atau peluang yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. maksudnya jika elemen populasinya ada 50 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/50 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan  kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda.

A.Macam-macam Sampling Probabilitas :
1) Simple random sampling :
Merupakan suatu teknik sampling yang dipilih  secara acak, cara ini dapat diambil bila analisa penelitian cenderung bersifat deskriptif atau bersifat umum. Setiap unsur populasi harus memilik kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.

Contoh: misal ada “pembiayaan pembangunan pendidikan Dasar di Jawa Barat”, sampelnya adalah seluruh SD dan SMP yang ada di Jawa Barat. Terhadap seluruh SD dan SMP itu dilakukan pemilihan secara random tanpa pengelompokan terlebih dahulu, dengan demikian peluang SD maupun SMP untuk terpilih sebagai sampel sama.

2) Stratified Random Sampling :
Merupakan suatu teknik sampling dimana populasi kita bagi kedalam sub populasi(strata), karena mempunyai karakteristik yang heterogen dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan terhadap pencapaian tujuan penelitian, maka penelitian dapat mengambil dengan cara ini. Setiap stratum dipilih sampel melalui proses simple random sampling.

Contoh: misalnya ada suatu manajer yang ingin mengetahui sikap manajer terhadap suatu kebajikan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas memiliki sikap yang positif terhadap kebajikan perusahaan. Agar dapat menguji dugaan teresebut maka sampelnya harus terdiri dari manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Kemudian dari masing-masing. Strata dipilih manajer dengan teknik simple random sampling.







3) Cluster Random Sampling/sampel gugus :
Merupakan cara pengambilan sampel dengan cara gugus. Populasi dibagi keadalam satuan-satuan sampling yang besar yang disebut cluster. Berbeda dengan pembentukan strata, satuan sampling yang ada dalam tiap kluster harus relatif heterogen.
Pemilihan dilakukan beberapa tingkat: (1) Memilih kluster dengan cara simple random sampling. (2) Memilih satuan sampling dalam kluster. Jika pemilihan dilakukan lebih dari 2 kali disebut Multi-stage Cluster Sampling.

Contoh : Misalnya dalam penelitian yang sama seperti di atas, karena Jawa Barat sangat luas, dipilihlah kabupaten/kota tertentu sebagai sampel klaster ke-1 secara random. Dari tiap kabupaten terpilih dilakukan pemilihan lagi, yaitu kecamatan-kecamatan tertentu dengan cara random sebagai sampel klaster ke-2. Selanjutnya dari masing-masing kecamatan dilakukan pemilihan sekolah yang juga dilakukan secara random.

4) Systematic Sampling atau Sampel Sistematis :
Merupakan teknik sampling jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”.

Contoh : Misalnya  setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada  ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25.

5)Area Sampling atau Sampel Wilayah :
Merupakan teknik sampling yang dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah.

Contoh : Misalnya seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat.







2.Teknik Sampling NonProbabilitas/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak:

Teknik sampling nonprobabilitas adalah suatu teknik pengambilan sampel secaratidak acak nonrandom sampling/ . Tidak semua populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Pada saat melakukan pemilihan satuan sampling tidak dilibatkan unsure peluang, sehingga tidak diketahui unsure peluang sesuatu unit sampling  terpilih kedalam sampling. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti. Sampling tipe ini tidak boleh dipakai untuk menggeneralisasi hasil penelitian terhadap populasi, karena dalam penarikan sampel sama sekali tidak ada unsur probabilitas.

B.Macam-macam  Sampling NonProbabilitas :

1) Convenience Sampling / sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan :
Merupakan teknik dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini,  hasilnya ternyata kurang obyektif.

Contoh : misalnya ada seorang peneliti ingin mengetahui tentang kebersihan wilayah Jakarta Selatan ia menanyakan kepada orang yang ada dijalan atau orang dia jumpai  bukan orang yang mengerti tentang kebersihan wilayah Jakarta Selatan seperti petugas kebersihan atau mendatangi kantor gubernur atau walikota Jakarta Selatan.

2)Snowball Sampling – Sampel Bola Salju:
Merupakan teknik sampling  yang banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari responden sebelumnya

Contoh : Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup)





3) Purposive Sampling / Judgment Sampling :
Merupakan  teknik sampling yang Satuan samplingnya dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki dalam pengambilan sampel. Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud dan tujuan yang diinginkan peneliti atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki atau mengetahui informasi yang diperlukan bagi penelitian yang dia buat. Pengambilan sampel ini dapat dibagi dua yaitu judgment sampling san quota sampling:


Judgment sampling  ialah teknik pengambilan sampling dimana sampel yang dipilih berdasarkann penilaian peneliti bahwa dia atau seseorang yang paling baik jika dijadikan sampel penelitiannya.
Contoh : misalnya dalam suatu perusahaan untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.

Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik.

Quota sampling ialah teknik pengambilan sampling dalam bentu distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih acak melainkan secara kebetulan saja.
Contoh :  Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60%  dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.

4) Haphazard Sampling : merupakan teknik sampling dimna Satuan sampling dipilih sembarangan atau seadanya,tanpa perhitungan apapun tentang derajat kerepresentatipannya.


Contoh:Misalnya ketika kita akan melakukan penelitian mengenai kompetensi dosen di sebuah Universitas, pertanyaan dapat diajukan kepada siapapun.Mahasiswa dari universitas tersebut (sebagai sampel) yang kebetulan datang pada saat kita berada di sana untuk melakukan penelitian.

Minggu, 23 Maret 2014

TEORI-TEORI YANG BERHUBUNGAN DENGAN METODE ILMIAH DAN SIKAP ILMIAH

Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karya ilmiah.
Prof harsojo menyebutkan enam macam sikap ilmiah :
(1) Obyektivitas , dalam peninjauan yang penting adalah obyeknya
(2) Sikap serba relatif , ilmu tidak mempunyai maksud mencari kebenaran mutlak, ilmu berdasarkan kebenaran-kebenaran ilmiah atas beberapa postulat, secara apriori telah diterima sebagai suatu kebenaran. Malahan teori-teori dalam imlu sering untuk mematahkan teori yang lain
(3)Sikap skeptis adalah sikap untuk selalu ragu-ragu terhadap pernyataanpernyataan yang belum cukup kuat dasar-dasar pembuktiannya.
(4) Kesabaran intelektual , sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerah pada tekanan agar dinyatakan suatu pendirian ilmiah , karena memang belum selesainya dan cukup lengkapnya hasil dari penelitian , adalah sikap seorang ilmuwan
(5) Kesederhanaan adalah sikap cara berfikir, menyatakan, dan membuktikan
(6) Sikap tidak memihak pada etik.
     
Berikut Rincian sikap ilmiah harus dimiliki seorang peneliti, adalah sebagai berikut :
1. Sikap Ingin Tahu
Sikap ingin tahu inilah yang menimbulkan beberapa pertanyaan seperti : mengapa demikian? Bagaimana caranya?
2.  Jujur
Seorang peneliti harus dapat menerima apa pun hasil penelitiannya, dan tidak boleh mengubah data hasil penelitiannya apalagi memanipulasi data. Apapun hasil penelitian harus dilaporkan secara jujur.
3.  Objektif
Seorang peneliti dalam mengemukakan hasil penelitiannya tidak boleh dipengaruhi oleh perasaan pribadinya, tetapi harus berdasarkan kenyataan (fakta) yang ada.
4.  Memiliki Kepedulian
Seorang peneliti mau mengubah pandangannya ketika menemukan bukti yang baru.
5. Teliti
    Seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus teliti dan tidak boleh melakukan kesalahan, karena dapat mempengaruhi hasil penelitiannya.
6.  Tekun
Seorang peneliti harus tekun dan tidak mudah putus asa jika menghadapi masalah dalam penelitiannya.
7.  Berani dan Santun
Seorang peneliti harus berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi.
8. Sikap Kritis
Sikap kritis terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
9. Sikap Terbuka
Sikap terbuka dapat dilihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat,argumentasi ,kritik tersebut tidak diterima.
10. Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
11. Sikap Berani Mempertahankan Kebenaran
Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
12. Sikap menjangkau ke depan
Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur atau urutan langkah yang harus dilakukan untuk melakukan suatu proyek ilmiah.

Tujuan mempelajari penulisan ilmiah :
1. Untuk meningkatkan keterampilan, baik dalam menulis, menyusun, mengambil kesimpulan maupun dalam menerapkan prinsip-prinsip yang ada.
2. Untuk mengorganisasikan fakta
3. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
4. Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
5. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.

Langkah-langkah penulisan metode ilmiah :
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.

2. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
3. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
4. Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, hipotesis bisa diterima ataupun ditolak berdasarkan perhitungan pada data yang dimiliki peneliti.
5. Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan penelitian tersebut.

Sumber :

TEORI-TEORI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENALARAN

Penalaran adalah proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah mencakup kedua proses penalaran itu.
Ciri-ciri Penalaran :
1.Adanya suatu pola berpikir yang luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
2.Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.

Macam-macam penalaran
A. Penalaran Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Ciri-ciri Paragraf Induktif
1. Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
2. Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
3. Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
4. Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
5. Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
6. Contoh kesalahannya : Kiwil juga bermain film,tetapi tidak memunyai wajah yang tampan.

Contoh Kalimat Induktif :
1. Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
2. Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan : Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan

Jenis-jenis penalaran induktif adalah :
a. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
- Luna Maya adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
- Sandra Dewi adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang iklan berparas cantik.
Pernyataan semua bintang iklan berparas cantik hanya memiliki kebenaran probabilitas atau kemungkinan karena belum pernah diselidiki kebenarannya. 

b. Analogi
Penalaran Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian ditarik suatu kesimpulan.Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut:
1. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2. Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3. Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh : Supermarket sama halnya dengan pasar,sewaktu pergi ke pasar kondisi lingkungannya tidak memadai. Yaitu bau,kotor,tidak rapi. Walaupun harganya relative murah sama halnya dengan supermarket kondisi lingkungannya teratur,bersih,tetapi isi dan kualitasnya sama dengan pasar walaupun harganya relative mahal. Tetapi kualitas dan produknya hampir serupa.
c. Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
-Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran tersebut.
-Akibat sebab
Akibat sebab dapat diambil contoh ketika seseorang kehilangan motor. Kehilangan motor merupakan akibat dan ceroboh merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
-Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa akibat langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.

B. Penalaran Deduktif
Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Jenis-jenis Penalaran Deduktif :
a. Silogisme
Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Bentuk silogisme :
1. Silogisme kategoris : terdiri dari proposisi-proposisi kategoris.
2. Silogisme hipotesis : salah satu proposisinya berupa proposisi hipotesis.
Misalnya :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang hujan
Konklusi : Maka jalanan basah.
Bandingkan dengan jalan pikiran berikut :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang jalanan basah
Konklusi : Maka hujan.

b. Silogisme Standar
Silogisme kategoris standar = proses logis yang terdiri dari tiga proposisi kategoris. Proposisi 1 dan 2 adalah premis. Proposisi 3 adalah konklusi

Contoh:  Semua artis adalah orang terkenal
            Raffi Ahmad adalah artis
Jadi   : Raffi Ahmad adalah orang terkenal

Premis
Premis adalah pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan.Kemudian premis dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek).
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi ( pernyataan ) dan sebuah konklusi ( kesimpulan ).
Entimem
Entimem adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme. Tetapi di dalam entimem premisnya dihilangkan / tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Proposisi
Proposisi adalah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Proposisi merupakan suatu kegiatan rohani baik menyuguhkan atau mengingkari.
Term
Term adalah suatu kata atau kelompok kata yang menempati subjek (S) dan predikat (P). Tidak semua kata adalah term , meskipun setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata pada dirinya sendiri merupakan ekspresi verbal dari pengertian, dan bahwa tidak semua kata pada dirinya sendiri sebagai subyek atau predikat didalam suatu proposisi.
Salah nalar ada dua macam :
A. Salah nalar induktif yaitu :
(1) kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas
(2) kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat
(3) kesalahan analogi.
B. Kesalahan deduktif dapat disebabkan karena:
(1) kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi
(2) kesalahan karena adanya term keempat
(3) kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi
(4) kesalahan karena adanya 2 premis negatif.

Sumber :

PEMAKAIAN METODE ILMIAH UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN-PERTANYAAN ILMIAH

A.Metode ilmiah
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan observasi serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

B.Unsur metode ilmiah
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
Karakteristik (observasi dan pengukuran)
Hipotesis (penjelasan teoritis yang merupakan dugaan atas hasil observasi dan pengukuran)
Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)

C.Karakterisasi
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan observasi; observasi yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran atau perhitungan yang cermat. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi.
Langkah-langkah Metode Ilmiah
1.      Perumusan masalah
Pertanyaan mengenai objek yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan factor-faktor yang terkait di dalamnya. Pertanyaan biasanya mengacu pada pertanyaan  negative.
2.      Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis
Argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengikat dan membentuk suatu permasalahan.
Disusun secara rasional berdasrakan premis-premis ilmiah yang teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor  empiris yang sebanding dengan permasalahannya.
3.      Perumusan hipotesis
Jawaban sementara atau dugaan jawaban pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan dan diolah.

4.      Pengujian hipotesis
Pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5.      Penarikan kesimpulan
Penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Dan sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak.

Tujuan metode ilmiah adalah untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional dan teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Selain itu metode ilmiah bertujuan untuk

a.Mengorganisasikan suatu fakta.
b.Dapat mengaitkan fakta-fakta yang menjadi kajian.
c.Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.

Bepikir Ilmiah
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Dengan berpikir secara ilmiah kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmiah tersebut. Pertanyaan ilmiah berasal dari rasa ingin tahu kita terhadap sesuatu. Secara tidak langsung pertanyaan ilmiah mengacu pada metode ilmiah tersebut. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.

Sumber :

KONSEP PENALARAN ILMIAH DALAM KAITANNYA DENGAN PENULISAN ILMIAH

Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi - proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Macam-macam penalaran
A. Penalaran Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Penalaran induktif adalah penalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum (Smart,1972:64). Inilah alasan eratnya kaitan antara logika induktif dengan istilah generalisasi.
Ciri-ciri Paragraf Induktif
1. Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
2. Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
3. Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
4. Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
5. Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
6. Contoh kesalahannya : Kiwil juga bermain film,tetapi tidak memunyai wajah yang tampan.

Contoh Kalimat Induktif :
1. Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
2. Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan : Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
Jenis-jenis penalaran induktif adalah :
a. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
- Luna Maya adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
- Sandra Dewi adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang iklan berparas cantik.
Pernyataan semua bintang iklan berparas cantik hanya memiliki kebenaran probabilitas atau kemungkinan karena belum pernah diselidiki kebenarannya. 

b. Analogi
Penalaran Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian ditarik suatu kesimpulan.Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut:
1. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2. Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3. Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh : Supermarket sama halnya dengan pasar,sewaktu pergi ke pasar kondisi lingkungannya tidak memadai. Yaitu bau,kotor,tidak rapi. Walaupun harganya relative murah sama halnya dengan supermarket kondisi lingkungannya teratur,bersih,tetapi isi dan kualitasnya sama dengan pasar walaupun harganya relative mahal. Tetapi kualitas dan produknya hampir serupa.
c. Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
• Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran tersebut.
• Akibat sebab
Akibat sebab dapat diambil contoh ketika seseorang kehilangan motor. Kehilangan motor merupakan akibat dan ceroboh merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
• Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa akibat langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.

B. Penalaran Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk selanjutnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Jenis-jenis Penalaran Deduktif :
a. Silogisme
Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Bentuk silogisme :
1. Silogisme kategoris : terdiri dari proposisi-proposisi kategoris.
2. Silogisme hipotesis : salah satu proposisinya berupa proposisi hipotesis.
Misalnya :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang hujan
Konklusi : Maka jalanan basah.
Bandingkan dengan jalan pikiran berikut :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang jalanan basah
Konklusi : Maka hujan.
b. Silogisme Standar
Silogisme kategoris standar = proses logis yang terdiri dari tiga proposisi kategoris. Proposisi 1 dan 2 adalah premis. Proposisi 3 adalah konklusi
Contoh:  Semua artis adalah orang terkenal
              Raffi Ahmad adalah artis
Jadi    : Raffi Ahmad adalah orang terkenal
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argument. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama-sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
• Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
• Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Setelah mengetahui arti dari penalaran tersebut, selanjutnya kita akan membahas penggunaan penalaran dalam proses berbahasa itu sendiri. Berikut pembahasannya:
Penggunaan berbahasa dalam proses penalaran
Penggunaan bahasa Indonesia dalam proses penalaran dimaksudkan dalam Penulisan Ilmiah yang akan disajikan pada penjelasan dibawah ini. Disini akan dibahas mengenai penalaran guna menyusun penulisan ilmiah.
• Konsep Ilmiah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997) menjelaskan bahwa Ilmiah adalah sesuatu yang didasarkan atas ilmu pengetahuan.


Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan. Agar sesuatu dapat disebut sebagai Ilmu, Ada 4 Persyaratan Ilmiah, yakni:
1. Obyektif, Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Obyeknya dapat bersifat ada,karena yang dicari adalah kebenaran apakah obyek tersebut jelas dan nyata.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran yang ada.
3. Sistematis, Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya.
4. Universal, Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah
Dalam Penyajian sebuah Konsep Ilmiah, Bahasa Indonesia mempunyai peranan penting dengan dibakukannya Ejaan sesuai EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Dengan Ejaan sesuai EYD ini, Bahasa Indonesia memiliki susunan struktur bahasa yang Obyektif, Metodis, Sistematis dan Universal.
Peranan tersebut, mencakup penggunaan Bahasa Indonesia dalam publikasi artikel maupun tulisan-tulisan ilmiah, baik berupa karya tulis, penulisan ilmiah, maupun skripsi dimana penerapannya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Tidak asal menulis atau mengetik. Harus sesuai kaidahnya.
Beberapa hal sederhana misalnya tentang kaidah penggunaan huruf kapital: bahwa pada setiap awal kalimat harus diawali dengan huruf kapital, dan huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, peristiwa sejarah.
Selain kaidah penggunaan huruf kapital tersebut, masih banyak aturan penggunaan Bahasa Indonesia yang lainnya. Terkadang, dalam publikasi tulisan ilmiah juga, kita menggunakan kata serapan dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Untuk penulisan kata-kata serapan tersebut juga ada aturan dalam penulisannya, dimana berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia
Kedua, unsur serapan yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kaidah-kaidah tersebut tertuang dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Dengan adanya kaidah atau aturan ini, maka tulisan ilmiah yang dibuat menjadi lebih Obyektif, Metodis, Sistematik, Terstruktur dan Universal khususnya dalam penggunaan bahasa sesuai dengan makna konsep Ilmiah itu sendiri.

Sumber :